Penjurusan Sejak Dini


Penjurusan di Indonesia merupakan sesuatu yang menurut saya perlu diadakan pembenahan. Dari jaman onta sampai toyota yang namanya penjurusan di Indonesia pasti dilakukan ketika menjelang kuliah. Lalu apa yang terjadi?, murid yang sudah bersusah payah belajar fisika, kimia, dan biologi harus merelakan semuanya hanya untuk belajar di jurusan seni. Seakan-akan ilmu eksak yang mereka raih sebelumnya tidak berguna sama sekali di masa mendatang.

Lalu apa yang salah? Sistem penjurusan yang sekarang berlaku butuh perbaikan dan pembenahan secepatnya. Karena yang namanya pelajar tidak bisa dipaksa belajar ini itu, tidak bisa dipaksa belajar semua mata pelajaran dari tingkat Sekolah Dasae (SD) hingga kelas XI Sekolah Menengah Atas. Coba bayangkan, berapa tahun yang kita sia-siakan hanya untuk mendapatkan jurusan seni dan membuang ilmu-ilmu lain yang telah dipelajari.
Indonesia bisa mencontoh negara maju Amerika Serikat (USA) yang melakukan penjurusan sejak dini. Tidak perlu menunggu usia enam belas tahun untuk mencapai apa yang diminatinya. Amerika sadar diri bahwa nanti ilmu lain yang susah-susah diperoleh tidak berguna. Dan dengan itu Amerika juga menghemat beberapa tahun untuk ahli di bidang yang diminati pelajarnya.

Karena dalam psikologi pendidikan, kita akan memperoleh sesuatu yang maksimal dalam apa yang kita senangi, dalam apa yang kita minati. Tidak menutup kemungkinan kita akan memperoleh hasil maksimal tanpa penjurusan. Tapi walau bagaimanapun sesuatu yang kita senangi akan lebih menjamin hasil terbaik kita.
Itulah beberapa contoh penjurusan sejak dini yang dilakukan Amerika Serikat. Yang mana generasi penerus Amerika memiliki otak yang cemerlang dalam spesialisasi masing-masing bidang. Selain itu pikiran mereka lebih rileks karena memikul tanggung jawab dan beban yang tidak banyak.
Seharusnya Indonesia bisa sama dengan Amerika, bahkan lebih baik dari Amerika. Karena dewasa ini kualitas SDM Indonesia kurang mumpuni dalam spesialisasi bidang-bidang tertentu. Mereka yang ahli dalam berbagai bidang belum tentu menguasai secara maksimal satu bidang spesialisasi.
Seperti seni yang mulai diabaikan para pendidik di Indonesia. Menurut saya seni merupakan hal yang penting. Di luar negeri seni sangatlah dihargai. Banyak bocah-bocah Amerika yang mengambil spesialisasi bidang seni sejak kecilnya mereka meraih sukses jangka panjangnya. Karena dengan seni kita lebih menghargai emosi sehingga kecerdasan emosional kita lebih terasah. Dan menurut penelitian 80 persen kesuksesan ditentukan oleh kecerdasan spiritual dan emosional.

Dan mungkin pelajar Indonesia banyak yang menyesalkan, “Buat apa belajar fisika kalau ujung-ujungnya ambil manajemen?”, “buat apa belajar biologi kalau ujung-ujungnya fokus di bisnis”.
Selain itu dalam sistem penjurusan sejak dini, perlu dipertahankan pelajaran agama. Karena agamalah yang menentukan arah hidup kita, menyeimbangkan segala aspek kehidupan kita, serta meningkatkan kualitas spiritual kita.

Formulanya dengan satu spesialisasi ditambah imunisasi spiritual kita tidak mustahil bisa melampaui Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang melepaskan ajaran agama. Karena dewasa ini banyak orang Amerika dan Eropa yang berduyun-duyun keluar dari agamanya masing-masing karena lebih percaya pada ilmu pengetahuan yang mereka miliki.       

Jadi saya berharap Indonesia semakin menghargai pejuang masa depan dengan membenahi kualitas system pendidikan. Minimal penjurusan dilakukan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) agar para pelajar lebih terfokus. Atau bahkan sejak Sekolah Dasar (SD) para pelajar sudah memiliki minat pada masing-masing bidangnya.

“Jadikan Indonesia maju dengan spesialisasi jurusan sejak dini”.

Guru-Murid Sederajat. Kok bisa?


Sekarang sudah bukan lagi jamannya pendidikan yang guru melarang muridnya ini itu, memarh-marahi muridnya, memaki, menghina, bahkan memukul muridnya. “Kamu ga boleh telat lagi, awas kalo telat lagi ya!!”. “Kamu jangan remedial terus dong !, bapak udah capek sama kamu!!”. “Kalo di rumah diajari bapakmu apa?? Masak aturan kayak gini aja ga bisa taat!!”. “Kok nilaimu jelek terus? Dasar anak bego!!”. Bahkan selain memarahi, mencaci, dan memaki guru juga memukul muridnya dengan penggaris.
Sekarang bukan lagi jamannya seperti itu. Murid tidak butuh amarah dan ancaman guru. Dan dengan marahnya guru, hukuman-hukuman fisik guru, murid bisa semakin berontak , dendam kesumat yang murid pendam selama ini bisa terealisasi dengan mudah, dan yang terjadi pertikaian antar guru-murid tidak dapat dihindarkan. Bahkan nama baik keluarga, suku, ras, agama, bahkan negara dapat tercoreng dengan mudahnya. Dan ujung-ujungnya menjadi penghuni rumah tahanan.
Yang dibutuhkan para murid di Indonesia saat ini adalah teladan. Teladan yang baik dari guru dalam melaksanakan sesuatu. Dan jangan sampai, “Kamu kalau ke sekolah jangan telat ya!!”, sedangkan guru terlambat pergi ke sekolah. “Kalau ke sekolah harus pakai atribut lengkap !, jangan lupa pakai sepatu hitam !”, sedangkan guru memakai sandal gunung di sekolah seakan tak yang mengawasinya. “Jangan lupa mengerjakan PR, besok harus dikumpulkan !”, tapi gurunya tidak peduli terhadap individu siswanya. Juga jangan sampai sekolah menetapkan aturan tetapi gurunya saja tidak taat, lebih baik tidak ada.
Bukan juga guru yang hanya datang ke sekolah cuma menyuruh muridnya belajar ini itu. “Hari ini kalian harus mempelajari teori ekonomi klasik!”, murid membuka buku lalu belajar, sedangkan guru pergi keluar kelas ngobrol dengan guru lain. Hal yang sangat tidak diharapkan dari guru-guru Indonesia.
Tapi, hal sepele seperti diatas yang menjadi kelemahan guru di Indonesia. Yang hanya memberi perintah tanpa memperlihatkan bagaimana melakukan ini itu. Yang dibutuhkan bukan pertanyaan-pertanyaan dan perintah seperti itu. Murid butuh guru hadir dihadapannya untuk memberi teladan buatnya. “Sekolah punya aturan setiap orang di sekolah wajib bersepatu!”, dan guru memakai sepatu dengan baik. Guru datang langsung ke murid, “ Nak besok ada ulangan, kamu masih butuh bimbingan bapak bapak ngga? “. Atau ketika jam istirahat mendatangi murid yang kesepian dan mengajaknya makan di kantin lalu memberi sedikit motivasi membuat murid menganggap bahwa guru adalah orang yang paling peduli terhadap murid itu. Sehingga tidak ada jarak yang memisahkan guru dan murid.
Selain itu mengajak murid yang bermasalah untuk curhat. “Nak, kamu lagi ada masalah?, kamu belum punya sepatu hitam ya?”. Lama-kelamaan murid akan merespon dengan baik. Murid akan semakin ingin menunjukkan kepada gurunya kalau ia bisa melengkapi atribut sekolahnya.
Jadi dengan teladan-teladan langsung dari guru tanpa memerintah dan memarahi maka murid juga semakin menunjukkan kepeduliannya terhadap guru tersebut. Mendatangi murid dan mengajak curhat empat mata membuat hubungan guru-murid semakin harmonis. Dan dengan harmonisnya guru-murid membuatnya terlihat sederajat, meski walau bagaimanapun murid tetap harus menghormati guru. Namun karena kedekatan hubungan antara guru dengan murid, murid bisa menunjukkan kepeduliannya terhadap arahan guru dengan senang hati dan penuh semangat. Dengan ini kualitas guru di Indonesia semakin membaik. Guru tidak lagi dicap pemerintah otoriter dan penguasa kejam, tetapi guru akan dicap sebagai orang tua yang memberikan arahan dengan teladan yang baik.
“Ayo jadikan guru “Teladan yang Baik” bagi Indonesia”.

Menjadi Guru TOP



Indonesia butuh guru-guru TOP. Supaya apa?? Supaya para siswa jadi lebih tertarik belajar dan senang pada guru sehingga kegiatan belajar-mengajar berjalan dengan baik dan menyenangkan. Dan agar pembelajaran menjadi bermanfaat,waktu yang kita gunakan untuk belajar tidak sia-sia. Kalau gurunya ga TOP, apalagi datar-datar dan begitu-begitu aja pasti siswanya juga malas belajar. Saya sebagai siswa pun merasakan hal yang sama jika guru-guru di sekolah belum TOP. Beruntungnya guru-guru di sekolah saya sudah TOP jadi pembelajaran disini (MAN Insan Cendekia Serpong) cukup efektif.
Disini saya ingin sedikit sharing, seperti apa sih guru yang TOP itu??

Handphone vs Komputer

Lihat sekarang sekarang ini, perkembangan alat teknologi semua mengarah ke perkembangan kecepatan akses data dan komunikasi, dalam perkembangannya hanphone dan computer menjadi satu. Lihat Hp merk Nokia seperti type e90 atau type terbaru lainnya, mereka sudah mengusung spesifikasi sesuai dengan komputer. Mulai media simpan, co prosesor, akses internet, software yang tertanam.

Apakah nantinya handphone dan komputer menjadi satu ? Sulit memprediksi, tapi perkembangan teknologi memang ke arah sana. Bonus akses internet di berbagai vendor baik GSM maupun CDMA membuat akan akses data merupakan kebutuhan yang sulit dielakkan. Semoga Pemerintah selalu mendukung segala upaya tentang teknologi ini.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Ini Dia